PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS 3R

Pengelolaan Sampah Terpadu 3R
Dengan meningkatnya laju pembangunan, pertambahan penduduk, serta aktivitas dan tingkat sosial ekonomi masyarakat telah memicu terjadinya peningkatan jumlah timbulan sampah. Hal ini menjadi semakin berat dengan hanya dijalankannya paradigma lama pengelolaan yang mengandalkan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, yang kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu, yang bila tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah yang tidak terangkut, fasilitas  yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak mengikuti ketentuan teknis, dan semakin habisnya lahan pembuangan.

Pengelolaan sampah yang umumnya dilakukan saat ini adalah menggunakan sistem open dumping (penimbunan secara terbuka) serta tidak memenuhi standar yang memadai. Keterbatasan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kota besar dan metropolitan juga berpotensi menimbulkan persoalan baru. Daerah pinggiran kota masih dianggap sebagai tempat paling mudah untuk membuang sampah. Sehingga daerah tersebut kehilangan peluang untuk memberdayakan.


sampah, memanfaatkannya serta meningkatkan kualitas lingkungannya. Apabila hal ini tidak tertangani dan dikelola dengan baik, peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun itu bisa memperpendek umur TPA dan membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara. Di samping itu, sampah berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam, menyebabkan banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam penyakit.

Penanganan sampah tersebut harus segera ditanggulangi. Apabila ditangani secara serius, maka sampah bukan lagi musuh tapi sahabat, karena bisa didaur ulang, dan dapat menghasilkan peningkatan ekonomi. Pengelolaan sampah berbasis 3R yang saat ini merupakan konsensus internasional yaitu reduce, reuse, recycle atau 3M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur Ulang) merupakan pendekatan sistem yang patut dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah persampahan.

Kecamatan Ngaliyan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Semarang dan memiliki luas wilayah ± 38,2 km2 terdiri atas 10  kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 mencapai 109.108 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.856 per km2 dalah menggunakan sistem open dumping (penimbunan secara terbuka) serta tidak memenuhi standar yang memadai. Keterbatasan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kota besar dan metropolitan juga berpotensi menimbulkan persoalan baru. Daerah pinggiran kota masih dianggap sebagai tempat paling mudah untuk membuang sampah. Sehingga daerah tersebut kehilangan peluang untuk memberdayakan (Kecamatan Ngaliyan dalam angka, 2008). Pengelolaan sampah yang ada di Kecamatan Ngaliyan saat ini masih menggunakan metode lama yaitu sampah dikumpulkan dari sumbernya, diangkut ke TPS (Tempat Penampungan Sementara), dan dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sedangkan Kota Semarang sendiri hanya memiliki sebuah TPA yaitu TPA Jatibarang. Timbulan yang dihasilkan Kota Semarang per kapita pada tahun 2009 sebesar 3,09 l/orang/hari, sehingga timbulan sampah keseluruhan sebesar 3468,22 m3/hari. Kecamatan Ngaliyan sendiri pada tahun 2009 telah menyumbang timbulan sampah kurang lebih sebesar 333 m3/hari, hal ini secara tidak langsung menyebabkan penumpukan sampah di TPA Jatibarang secara terus menerus tanpa ada penanganan untuk mereduksi timbunan sampah yang ada.

Di dalam Undang-undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. Untuk mengantisipasi permasalahan sampah dan bahaya pencemaran lingkungan yang semakin parah dikemudian hari, perlu dikembangkan pengelolaan sampah dengan konsep pengolahan sampah secara terpadu berbasis 3R. Pengelolaan sampah terpadu dengan konsep 3R diharapkan dapat memenuhi konsep pengelolaan sampah menuju zero waste. Konsep 3R yang berprinsip mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah dapat mereduksi timbulan sampah, sehingga dengan diterapkannya sistem pengelolan sampah terpadu berbasis 3R diharapkan dapat menciptakan kondisi kebersihan, keindahan, dan kondisi kesehatan masyarakat, yang akhirnya berpengaruh pada perkembangan fisik perkotaan Kawasan Kecamatan Ngaliyan. nan secara terbuka) serta tidak memenuhi standar yang memadai. Keterbatasan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kota besar dan metropolitan juga berpotensi menimbulkan persoalan baru. Daerah pinggiran kota masih dianggap sebagai tempat paling mudah untuk membuang sampah. Sehingga daerah tersebut kehilangan peluang untuk memberdayakan.


DOWNLOAD DISINI


iklan
Link Iklan


Comments

Popular posts from this blog

SOP Instalasi UPJ.doc - Contoh SOP

Proposal Penelitian - Penelitian Perancangan Alat Dan Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak.docx

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF GAMBARAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN TIK DI SMA NEGERI 1.doc